|Pakaian Renang dan Pakaian Dalam  |  Laptop dan Netbook  |  Jogja Antik   |  Tebing Siung |  Climbing Activity  |  Panjat Tebing Sleman  |  Bayi Sehat Bertaman dan Berkebun|

"jangan ambil sesuatu kecuali foto, jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak, jangan bunuh sesuatu kecuali waktu."

Menggiurkan, Tujuh Racikan Kreatif Splash Sehat

Posted: Monday, May 30, 2011 by Karis As A Trader in Labels: ,


SEGAR, dingin dan manis. Itulah kata yang meluncur begitu mencicipi segelas minuman splash, minuman terbaru yang diperkenalkan Best Western Premier Hotel Solo.
Ada tujuh macam racikan splash menggiurkan yang dikreasi dengan tampilan warna cerah dan menyehatkan. "Minuman ini diciptakan dengan ide ide kreatif untuk menggoda para pengunjung," kata Dyah Listyarini, public relations manager setempat.
Berbagai alternatif disedikan dalam minuman splash tersebut. Bagi yang tengah menjalani proses diet bisa memilih minuman Stamin dan Go Green. Stamin terbuat dari minuman vitamin C yang dicampur dengan kuning telur kampung, beras kencur dan fresh milk. Sedang Go Green dari campuran minuman vitamin C, sawi, jus apel dan jus nanas.
"Kedua minuman ini sangat menyegarkan. Setelah minum usai beraktifitas maka stamina akan kembali segar 100 persen," kata dia yang membandrol seharga Rp 25.000 hingga Rp 30.000 untuk masing-masing minuman yang ditawarkan.
Selain Stamin dan Go Green bagi yang menjalani proses diet, minuman splash lainnya yang ditawarkan adalah Splash Sopo Ngiro, Splash Sprite, dan Splash Coke. Ketiganya berbahan dasar soda. Splash Sopo Ngiro dan Splash Sprite, sodanya dicampur dengan beberapa buah pilihan, seperti melon, strawberry, anggur dan leci.
Sementara untuk Splash Coke, campuran sodanya adalah susu kental manis putih dan taburan cream serta leci. Menurut dia, ketiga splash tersebut, Splash Sopo Ngiro, Splash Sprite, dan Splash Coke, sangat cocok dinikmati siang hari.
"Dari ketiganya, Splash Coke yang paling disuka," pungkasnya.
( Langgeng Widodo / CN27 ) / SUARA MERDEKA

Harumnya Martabak Pandan Hijau

Posted: by Karis As A Trader in Labels:


BAU harum pandan menyeruak di depan Apotek Asli Pasar Banjarsari Kota Pekalongan. Rupanya Yono (30) pemilik martabak Fantasy sedang membuat racikan martabak bandung dengan rasa pandan keju.
Bagi yang terbiasa merasakan martabak khas Bangka, mungkin agak cocok dengan rasa martabak yang disajikan martabak bandung "Fantasy" ini. Dengan berbagai macam variasi rasa yang disuguhkan baik martabak manis maupun martabak asin.
Saat ditemui Suara Merdeka CyberNews, Yono mengaku mendapatkan resepnya asli dari pedagang martabak yang sudah terkenal di Kota Bandung. "Saya pernah bekerja selama enam tahun di pusat Martabak di Bandung dan Purwokerto," ujarnya tanpa mau disebutkan toko martabak yang terkenal di kedua kota tersebut.
Pemuda asal Purbalingga tersebut memang baru delapan bulan mencoba peruntungan hidup di Kota Pekalongan. Dengan berbekal keterampilan memasak yang sudah lama diperolehnya, kini Yono mengajak Ririn (23) saudaranya dari Purbalingga menjajakan martabak asli Bandung tersebut.
Dalam menerapkan harga, Yono mematok harga yang tidak begitu mahal. Dengan tujuh macam variasi di martabak asin, pelanggan bisa menebus martabak biasa dengan harga Rp 12.000 per adonan. Sedangkan menu lain yang tersedia adalah ayam spesial, sapi, sapi spesial, kornet, ayam sapi hingga martabak campur yang isinya dicampur antara ayam, sapi dan kornet seharga Rp 17.000 per adonannya.
Pandan Keju
Sedangkan untuk harga martabak manis, Yono memberikan harga bervariasi dari Rp 7.000 hingga Rp 14.000 perloyangnya dengan 14 pilihan rasa, mulai dari kismis hingga kombinasi.
Untuk rasa sendiri, Yono memberikan variasi rasa seperti martabak bandung pada umumnya. Namun ada dua rasa yang menjadi favorit pembeli yakni pandan keju dan black sweet yang bisa ditebus dengan harga Rp 12.000 perloyangnya.
Martabak manis pandan keju, menurut Yono dibuat dengan tambahan warna hijau yang dibuat dari pandan asli ditambah pasta hijau, dicampur dengan keju kraft. Sedangkan martabak manis black sweet merupakan martabak manis dengan warna cokelat yang dihasilkan dari pasta coklat.
"Pelanggan lebih menyukai martabak manis pandan keju karena warnanya berbeda dengan martabak biasa," ujar Yono yang dalam semalam berjualan bisa menghasilkan 40 dus martabak manis maupun martabak asin.
( Makhjudin Zein / CN13 ) / SUARA MERDEKA

Minuman Alami Nan Menyegarkan

Posted: by Karis As A Trader in Labels:


SELARAS dengan tren kembali ke alam, produk-produk makanan dan minuman yang alami kini banyak diminati masyarakat. Salah satu jenis minuman alami yang banyak digemari di Yogyakarta termasuk Kulon Progo dan wilayah sekitarnya yakni wedang uwuh.
Sekilas jika mendengar namanya memang aneh, wedang uwuh yang berarti wedang atau minuman sampah. Namun rasa minuman yang diracik dari aneka rempah-rempah ini begitu nikmat dan segar. Racikan ini untuk bisa dinikmati tinggal diseduh dengan air panas dan tunggu beberapa menit, maka aroma dan warnanya akan segera mengundang siapa saja untuk mencicipinya.
Peluang itu mampu dilihat dan dikelola menjadi bisnis yang menjanjikan oleh Suwardi (45) warga Pengasih, Kulon Progo. Ayah tiga anak ini mulai mengembangkan bisnis meracik wedang uwuh sejak lima tahun lalu. Dia menuturkan, semula wedang uwuh hanya ada di salah satu warung di Imogiri Bantul. Namun keberadaannya belum banyak dikenal masyarakat luas.
Kemampuannya meracik wedang uwuh, diakui Suwardi, memang dia dapat dari belajar selama beberapa hari pada pemilik warung di Imogiri tersebut. Setelah cukup menimba ilmu, dia mengembangkan minuman alami itu di wilayah Kulon Progo. Beberapa modifikasi pun dilakukan dan akhirnya dari tangan dinginnya wedang uwuh sekarang banyak dikenal masyarakat luas.
"Saya mengembangkan wedang uwuh mengadopsi dari yang di Imogiri, di sana disebut wedang among rogo. Dengan memodifikasinya, kami kemudian yang membumikan wedang uwuh, menjadi banyak dikenal masyarakat," ujarnya kepada Suara Merdeka CyberNews.
Saat ini kapasitas produksinya rata-rata mencapai 4 ribu – 5 ribu bungkus wedang uwuh setiap bulan. Selain untuk memenuhi pasar lokal di Yogyakarta, racikannya juga menembus pasar luar daerah hingga Bogor, Jakarta, serta sebagian Sumatera dan Kalimantan. Dengan harga Rp 1.500 sampai Rp 2.000 per bungkus, maka omsetnya dalam sebulan mencapai sekitar Rp 8 juta hingga Rp 10 juta.
Nama wedang uwuh sendiri melakat pada minuman alami itu karena ketika diseduh dalam gelas memang sepintas terlihat seperti sampah. Suwardi mengatakan resep racikan asli yang didapat dari Imogiri ketika diseduh maka aneka rempah rempahnya sampai setengah gelas sendiri. Sehingga terlihat seperti seduhan sampah.
Rempah-rempah yang diracik menjadi wedang uwuh itu diantaranya terdiri dari gagang cengkih, jahe, secang, kayu manis, daun pala, dan gula batu. Agar tampilan lebih menarik, Suwardi pun melakukan modifikasi dengan tetap mempertahankan aromanya sebagaimana aslinya.
"Saya modifikasi, seperti gagang cengkihnya dikurangi tapi diganti dengan cengkih. Juga jahe yang jenisnya beraroma lebih kuat sehingga Cuma perlu sedikit ruas jahe. Sehingga racikannya lebih ringkas, ketika diseduh rempah-rempahnya tidak sampai setengah gelas," jelas suami dari Suratini (33) yang kini memiliki sekitar enam karyawan lepas tersebut.
Semula untuk memasarkan produknya, Suwardi mengaku tidak mudah. Dalam sehari dia hanya meracik 50-100 bungkus untuk diedarkan ke warung-warung. Namun nama minuman yang agak “nyleneh” itu justru membuat orang penasaran ingin mencoba. Maka dari waktu ke waktu permintaannya pun terus meningkat.
( Panuju Triangga / CN13 ) / SUARA MERDEKA

Opak Singkong Jolontoro Merambah Berbagai Provinsi

Posted: by Karis As A Trader in Labels:


MAKANAN camilan opak singkong Desa Jolontoro Kecamatan Sapuran Wonosobo, saat ini sudah merambah berbagai provinsi di Indonesia. Opak singkong itu pun mudah dijumpai di berbagai pusat perbelanjaan di kota-kota dengan label atau kemasan yang berbeda-beda.
Produsen opak, Ny Herawati, mengatakan usaha rumahan tersebut dilakukan ratusan perajin/keluarga di Desa Jolontoro. Tiap keluarga rata-rata bisa memproduksi sekitar 20 Kg opak kering. Tiap Kg opak membutuhkan bahan baku singkong tiga Kg. Sehingga produksi opak Desa Jolontoro, tiap hari memerlukan singkong mentah sampai beberapa ton.
Ny Herawati dan beberapa perajin opak menyebut, pada umumnya mereka belum menyiapkan kemasan khusus terhadap opak produksinya. Hal itu diserahkan sepenuhnya kepada masing-masing pembeli/pedagang pengepul, sehingga yang memasok ke pusat-pusat perbelanjaan dengan label dan kemasan yang menarik, bukanlah perajin, tetapi pedagang. Dengan kondisi semacam itu, keuntungan cukup besar diraih pedagang.
Dia akui, sebagian besar perajin opak setempat hanya bekerja untuk memproduksi saja. Untuk pemasaran maupun menyiapkan kemasan, biasanya dilakukan para pedagang. Para pedagang atau pun pengepul biasanya mendatangi ke perajin di rumah masing-masing di Desa Jolontoro. Selanjutnya merekalah yang memasarkan opak ke berbagai kota/provinsi.
Menurut Ny Herawati, memproduksi opak membutuhkan waktu sekitar dua sampai tiga hari. Membuat opak tidaklah sulit. Singkong mentah yang telah dikupas, lalu direbus. Selanjutnya setelah matang, singkong ditumbuk halus dan diberi bumbu sesuai selera rasa yang diinginkan. Jemudian, dipres secara tradisional dan dicetak oval dan dijemur.
Adapun aneka opak singkong Desa Jolontoro, meliputi opak rasa bawang; rasa asin gurih; manis; rasa balado/pedas maupun rasa wijen. Opak singkong yang sudah kering, bisa bertahan sampai satu tahun. Terlebih bila dikemas secara baik, akan bisa bertahan lebih lama lagi. Harga opak singkong di tingkat perajin, bervariasi mulai dari Rp 6.000/Kg sampai Rp 13.000/Kg.
Lasmoko (43 tahun) asal Merak Banten secara terpisah mengaku, memilih opak singkong Desa Jolontoro karena kualitasnya yang sudah teruji dan enak. Opak Jolontoro higienis dan tidak dicampur dengan bahan pewarna. Opak disebutnya sebagai camilan tradisional yang murah dan enak. Dia berniat mengenalkan opak singkong tersebut di tempat tinggalnya.
( Sudarman / CN26 ) / SUARA MERDEKA

Tahok, Bubur Kedelai Kaya Protein

Posted: by Karis As A Trader in Labels: ,


SEPERTI tahu, bahan dasar utama tahok adalah kedelai. Warnanya juga tak jauh berbeda. Hanya saja, tahok atau yang biasa disebut kalangan etnis Cina dengan nama Tahoa  terasa lebih lembut. "Seperti bubur sumsum, tapi kuahnya berasa wedang ronde," jelas Sentot, penjual tahok yang biasa mangkal di sebelah utara Tugu Jam Pasar Gede, Solo.
Kuah beraroma jahe tersebut, jelas warga Ketandan Kecamatan Jebres itu, untuk menghilangkan rasa pengar (wengur) pada bubur kedelai. Tak hanya itu, campuran jahe dan rempah-rempah pada kuahnya diyakini bisa menyegarkan tubuh. "Selain itu, jahe dan rempah lainnya juga berkhasiat menyegarkan tubuh. Jadi segar di luar sekaligus di dalam tubuh," urainya.
Cara pembuatannya, jelas dia, hampir sama dengan susu kedelai. Setelah direndam semalam, kedelai dibersihkan dan dipisahkan dari kulitnya. Selanjutnya digiling dan disaring untuk diambil sari patinya. "Agar sedikit lebih kenyal, sari kedelai ditambahi tepung hongkwe. Tapi jangan banyak-banyak, khawatirnya nanti bisa menghilangkan kandungan proteinnya. Tidak ada lagi bahan campuran lainnya, apalagi bahan kimir. Semuanya serba alami."
Tak kurang dari enam kilogram kedelai dia habiskan untuk membuat tahok setiap hari. "Tentu kedelai impor, karena sari patinya cukup banyak. Kalau kedelai lokal, kualitasnya tidak bagus. Sari patinya cuma sedikit, rasanya juga tidak seenak kalau tahu impor."
Lelaki berusia 40 tahun itu merupakan generasi kedua setelah sang ayah, Citro, merasa tidak sanggup untuk menjual tahok. "Bapak sudah 75 tahun, jadi saya diserahi untuk meneruskan usaha Bapak."
Setiap hari, dia mangkal di areal Pasar Gede mulai pukul 06.00 hingga siang. Satu mangkuk tahok dijual seharga Rp 4.000. Sama halnya dengan sang ayah, dia pun mulai mengkader keponakannya untuk berjualan di situ. "Sudah setahun ini  keponakan saya ikut melayani pembeli. Harapan saya, nanti bisa mandiri dengan meneruskan usaha keluarga ini."
( Anie R Rosyidah / CN14 ) / SUARA MERDEKA

Bakpia Tawangmangu, Makanan Khas Baru dari Lereng Lawu

Posted: by Karis As A Trader in Labels: ,


BAKPIA pathok Yogyakarta, tentu sudah tak asing di telinga. Tapi bakpia Tawangmangu? Bisa jadi Anda belum pernah mendengarnya. Jika belum, bisa dimaklumi karena camilan itu memang belum lama beredar di pasaran.
Berbeda dengan bakpia pathok yang biasanya berisi kacang hijau, isi bakpia Tawangmangu adalah pisang raja dan ubi cilawu. Rasanya? Maknyus. Tak kalah nikmat dengan bakpia-bakpia yang sudah terkenal lebih dulu di pasaran.
Kreator bakpia yang kini jadi salah satu oleh-oleh khas objek wisata di lereng Gunung Lawu itu adalah Sukatno. Bagi penikmat kuliner ekstrim, nama Sukatno tentu tidak asing karena dia adalah pemilik Warung Makan Gunungmas, yaitu satu-satunya warung makan yang menyediakan menu olahan daging landak. "Bakpia ini mulai saya kembangkan sejak dua bulan terakhir," kata pria berusia 69 tahun ini.
Sukatno mengaku, ide awal membuat bakpia itu karena dia tipe orang yang tidak suka mengikuti tren. "Saya ini senang membuat sesuatu yang belum ada. Yang sudah ada dan yang belum ada itu lebih banyak yang belum ada. Ini yang perlu digali. Nah, bakpia isi ubi cilawu dan pisang raja ini kan di sini belum ada," jelasnya.
Sengaja dia membuat bakpia dengan isi ubi cilawu dan pisang raja, agar ada ciri khasnya. Sekadar tahu, pisang raja banyak ditemukan di Tawangmangu, sedangkan ubi cilawu, sebenarnya sebenarnya ubi cilembu yang dibudidayakan di Tawangmangu.
"Dulu saya diajak studi banding soal budidaya ubi cilembu oleh LPM UNS ke Bandung. Sepulang dari sana, ubi ini dibudidaya di Tawangmangu dan berkembang baik. Tahun 2004, saya panen dan Bu Rina (Rina Iriani, Bupati Karanganyar) hadir. Beliau yang memberi nama ubi cilawu, perpaduan ubi cilembu yang berkembang di lereng Lawu," paparnya.
Respon Bagus
Melihat dua potensi alam tersebut, otak kreatif dan naluri bisnis Sukatno bersinergi, hingga kemudian lahir bakpia Tawangmangu. Untuk pembuatannya, dia dibantu karyawan yang juga mengurusi warung makan miliknya. "Untuk isi bakpia, pisang raja saya beli di pasar. Kalau ubi cilawu, hasil dari kebun sendiri," tuturnya.
Selama dua bulan berproduksi, bakpia Sukatno mendapat respons bagus dari pasar. Setiap pekan, setidaknya 200 dus bakpia dia lempar ke pasaran. Tiap dus berisi 16 biji bakpia.
"Ada yang saya jual di warung makan saya, ada yang dititipkan ke toko-toko dan hotel di seputar Tawangmangu. Harga jual dari saya Rp 11 ribu. Tapi toko mau jual berapa, terserah mereka," ungkapnya.
Dia mengaku pemasaran bakpia buatannya baru di seputaran Tawangmangu. Dengan adanya bakpia tersebut,  berarti melengkapi daftar menu khas Tawangmangu yang lahir dari tangan Sukatno.
Selain sate landak, pria yang memperoleh seabreg penghargaan karena kegigihan dalam berwirausaha itu juga sudah melahirkan menu khas bir plethok, yakni minuman yang terbuat dari 12 macam rempah-rempah.
( Irfan Salafudin / CN26 ) / SUARA MERDEKA

hot.detik

"jangan ambil sesuatu kecuali foto, jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak, jangan bunuh sesuatu kecuali waktu."