|Pakaian Renang dan Pakaian Dalam  |  Laptop dan Netbook  |  Jogja Antik   |  Tebing Siung |  Climbing Activity  |  Panjat Tebing Sleman  |  Bayi Sehat Bertaman dan Berkebun|

"jangan ambil sesuatu kecuali foto, jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak, jangan bunuh sesuatu kecuali waktu."

Pedagang Dugder Mengaku Rugi

Posted: Wednesday, August 11, 2010 by Karis As A Trader in Labels:

SEMARANG TENGAH - Sebagian pedagang dugderan yang membuka dasaran sejak 1 Agustus lalu mengaku rugi. Sebagian lainnya mengeluhkan, keuntungan yang diperoleh jauh lebih sedikit dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Para pedagang menyampaikan, keuntungan yang didapat tak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan selama dugderan terutama untuk sewa lapak, membayar pekerja, dan pengeluaran logistik sehari-hari.

Budi (35), pedagang mainan mengaku, sejak keikutsertaannya pada dugderan pada 2005, keuntungan paling sedikit dialami pada tahun ini. ”Tahun-tahun sebelumnya keuntungan rata-rata perhari Rp 125 ribu-150 ribu, tetapi sekarang maksimal hanya Rp 75 ribu. Padahal, ini belum dikurangi untuk biaya makan perhari, sewa lapak, dan membayar seorang pekerja,” ujarnya, kemarin.

Hal senada dituturkan Idan (22). Penjual sandal dan sepatu asal Sukabumi ini menjelaskan, keuntungan yang didapat tahun ini rata-rata menurun hampir 100 persen dari beberapa tahun lalu yang rata-rata Rp 400 ribu per hari. ”Pembeli sepi tak seperti beberapa tahun lalu. Dulu, hingga beberapa hari terakhir dugderan, selalu dijejali pembeli hingga berdesakan di jalan depan lapak,” katanya.

Sepinya pembeli, justru membuat Idan ingin cepat memberesi lapaknya dan pindah berjualan ke tempat lain. Ia sudah mulai meringkasi dagangannya mulai kemarin sore.

Hal serupa diikuti Nur Hayati (52). Pedagang pakaian yang biasa mangkal di Pasar Karangayu ini beralasan selain karena minim pembeli, pengelola genset yang menyalurkan listrik ke lapak-lapak, sudah pulang kemarin.

Nur memprediksi, sepinya dugderan kali ini dikarenakan waktunya bertepatan dengan awal tahun ajaran baru dan terbaginya dugderan di dua tempat.
Beresi Lapak Berdasar pantauan Rabu (11/8), pedagang makanan seperti bakso, mie ayam, dan soto sudah mulai memberesi lapaknya. ”Kalau sudah masuk puasa, dagangan makanan tidak laku,” ujar Budi, pedagang bakso.

Sementara pengelola wahana permainan, baru akan membereskan alat-alat permainan mulai tengah malam ini.

”Ini sesuai kontrak sewa lahan dengan pemkot. Kalau tak mematuhi, Satpol PP akan bertindak tegas. Kami tak berani membantahnya. Daripada tergesa-gesa melepas alat-alat, kami memilih melakukannya besok tengah malam (malam ini-Red),” tutur Agus Saputra (22), pengelola asal Magelang yang akan pindah tempat mrema ke Tuban.

Agus juga mengakui, keuntungan tahun ini lebih kecil dibanding tahun-tahun sebelumnya. ”Persentasenya sekitar 50 persen dari sebelumya Rp 225 ribu per hari menjadi Rp 150 ribu per hari.” (hdq-67)
sumber : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/08/12/120194/Pedagang-Dugder-Mengaku-Rugi

Karnaval Dugderan Gegap Gempita

Posted: by Karis As A Trader in Labels:

SEMARANG-Karnaval dugderan dalam rangka menyambut awal Ramadan, Selasa (10/8), di Kota Semarang berjalan gegap gempita.

Ribuan orang menyaksikan prosesi karnaval, mulai dari Balai Kota, Masjid Kauman, hingga Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).

Prosesi dimulai dari halaman Balai Kota, tempat Kanjeng Bupati RM Aryo Purbaningrat yang diperankan oleh Wali Kota Soemarmo HS berangkat menuju Masjid Kauman untuk menerima suhuf hasil halaqah ulama mengenai penetapan awal Ramadan.
Dalam perjalanannya, Soemarmo yang mengenakan busana ala raja Mataram menaiki kereta kencana, yang sengaja didatangkan dari Demak.

Ruas Jl Pemuda yang menjadi jalur utama perjalanan ke Kauman itu ditutup total untuk arus lalu lintas, sejak pukul 12.00. Sepanjang kanan-kiri jalan terlihat warga antusias menyaksikan arak-arakan tersebut.

Mengenai prosesi itu, Imam Besar Masjid Kauman KH Ahmad Naqib Nur mengatakan, dugderan bukanlah penentu awal Ramadan, meskipun di masjid dilakukan pembacaan suhuf hasil halaqah ulama.
Dikatakannya, seremoni pembacaan suhuf (lembaran) hasil halaqah hanyalah upaya menjaga tradisi yang dilakukan bertahun-tahun sebagai napak tilas Kanjeng Bupati RM Aryo Purbaningrat.

’’Agar masyarakat tidak bingung, maka seusai seremoni dugderan kami menyampaikan agar tetap menunggu pengumuman dari Pemerintah. Setelah ada kepastian dari Pemerintah, kami juga akan mengumumkan dengan membunyikan sirine sebagai penanda,’’ katanya.

Dalam seremoni itu, takmir masjid sebagai representasi alim ulama yang diwakili KH Hanief Ismail Lc menyerahkan suhuf hasil halaqah kepada Kanjeng Bupati. Selanjutnya Kanjeng Bupati membacakan suhuf yang berisi penetapan awal Ramadan di hadapan masyarakat Kota Semarang di serambi masjid. Kemudian disambung dengan pemukulan beduk serta peledakan bom udara. Tradisi dudgeran sudah berlangsung puluhan tahun di Kota Semarang dan selalu dipenuhi masyarakat untuk melihatnya.

Pesan serupa juga diungkapkan RM Probo Hadikusumo yang diperankan Gubernur Jateng Bibit Waluyo saat prosesi di MAJT. “Tradisi karnaval bukan penentu awal Ramadan, tapi hanya melestarikan budaya yang telah melekat di hati masyarakat Semarang dan Jateng. Untuk waktu pasti awal Ramadan, menunggu sidang itsbat dari Kementerian Agama RI,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Gubernur Bibit Waluyo juga mengimbau seluruh masyarakat Jateng untuk menjaga suasana kondusif di bulan Ramadan.

Dosen IAIN Walisongo Semarang, Drs H Anasom MHum mengatakan, bukan persoalan apabila tradisi dugderan yang identik dengan penetapan awal puasa ini telah dilaksanakan kemarin. Dari kalangan panitia sudah membicarakan hal itu bahwa seremoni dugderan sebatas perayaaan tradisi menyambut Ramadan. (H22,hdq-67)
sumber : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/08/11/120014/Karnaval-Dugderan-Gegap-Gempita

Semarang (ANTARA News) - Karnaval Dugderan, kegiatan tahunan menyambut bulan Ramadhan di Kota Semarang diharapkan dapat masuk kalender pariwisata nasional.

"Dugderan ke depan jangan hanya menjadi kalender pariwisata Provinsi Jawa Tengah, akan tetapi juga menjadi kalender pariwisata nasional," kata Sekjen Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) Wardiyatmo dalam sambutan pemberangkatan karnaval Dudgeran, di halaman Balai Kota Semarang, Selasa.

Ia mengatakan acara Dudgeran merupakan acara yang melibatkan masyarakat dan diharapkan merupakan langkah yang dapat menyamakan Semarang dalam berbagai sektor termasuk sektor pariwisata.

Dalam kesempatan sama Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Agung Prijo Oetomo mengatakan bahwa Dugderan diharapkan bisa menjadi daya tarik wisata religi.

Ia menjelaskan Dugderan tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yakni adanya arak-arakan Warak Ngendok dan Wali Kota Semarang beserta istri serta Wakil Wali Kota Semarang beserta istri mengendarai kereta kencana.

"Warak Ngendok tahun ini mengenakan batik khas Kota Semarang atau batik Semarangan. Kemudian di sepanjang jalan Pemuda Semarang juga meriah dengan Kembang Manggar," katanya.

Agung mengatakan bahwa Dugderan diharapkan juga menjadi promosi pariwisata ibukota Jawa Tengah tanpa meninggalkan peran serta anak-anak yang dikemas dalam karnaval anak-anak TK, SD, dan SMP.

"Untuk karnaval anak-anak TK, SD, dan SMP dilaksanakan di lapangan Simpanglima Semarang dan berlangsung meriah. Pesertanya tidak hanya dari sekolah Islam, akan tetapi mereka yang berasal dari sekolah Kristen dan Katolik," katanya.

Terkait pelaksanaan Dugderan yang berlangsung di Balai Kota Semarang diawali dengan upacara pemberangkatan karnaval dilanjutkan dengan karnaval menuju Masjid Agung Semarang.

Di Masjid Agung Semarang dilakukan pembacaan Suquh hasil Khalaqoh dan peledakan bom udara tanda dimulainya 1 Ramadhan oleh Wali Kota Semarang Soemarmo (Kanjeng Bupati RM Aryo Purbaningrat) didampingi Muspida dan seluruh ulama se-Kota Semarang.

Dugderan tahun berlangsung meriah dan masyarakat Semarang antusias menyaksikan kegiatan tersebut. (*)
sumber : http://www.antaranews.com/berita/1281435745/dugderan-semarang-diharapkan-masuk-kalender-pariwisata-nasional

Karnaval Dugderan Dilepas Menteri

Posted: by Karis As A Trader in Labels:

SEMARANG--Puncak Dugderan yang akan berlangsung Selasa ini (10/8) akan dimeriahkan dengan karnaval dan pawai 100 mobil hias bernuansa warak. Karnaval dimulai pukul 14.10, dari Balai Kota Semarang menuju Masjid Kauman dan Masjid Agung Jawa Tengah. Rencananya, karnaval akan dilepas langsung Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI Jero Wacik.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Agung Prijo Oetomo mengatakan, pawai akan dimeriahkan tari warak, pasukan merah putih, aksi drum band, Bhineka Tunggal Ika, kembang manggar, kereta kencana wali kota, kereta kencana wakil wali kota, pasukan kuda, bendi muspida plus dan DPRD, denok kenang, maskot warak, mobil vorerijder Polrestabes, mobil hias, dan yang menarik adalah penampilan prajurit Ki Ageng Pandanaran terdiri dari lurah dan camat se-Kota Semarang.

Menurut dia, dalam karnawal ini, Kanjeng Bupati RM Aryo Purboningrat (Wali Kota Semarang) beserta istri naik kereta kencana yang ditarik enam ekor kuda, sedangkan wawali naik kereta kencana ditarik empat ekor kuda.

"Lurah dan camat bertindak sebagai pengawal Kanjeng Bupati RM Aryo Purboningrat berjalan kaki dari halaman balai kota, Masjid Kauman dan MAJT, juga diikuti 100 mobil hias," kata dia.

Dia menceritakan, bila sudah sampai Kauman, rombongan bupati berganti naik bus hias menuju MAJT. Lalu RM Aryo setibanya di MAJT menyerahkan Sukuf kepada Raden Mas Probo Hadikusumo (Gubernur Jateng) untuk diumumkan kepada masyarakat.

Sedangkan, di halaman balai kota dan Simpang Lima pada paginya, juga diselenggarakan tampilan rebana modern, atraksi drum band, atraksi budaya dan pemberangkatan karnaval anak TK, SD, dan SMP. Dia menjelaskan, selama acara berlangsung, jalan yang bersinggungan akan disterilkan oleh petugas, dan dibuka jika acara telah usai. (nag/aro)
sumber : http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=174231

Karnaval Dugderan Berlangsung Meriah

Posted: by Karis As A Trader in Labels:

SEMARANG (SI) – Karnaval dugderan tahun ini yang digelar dengan berbagai pagelaran tari warak dugder, hingga karnaval dugderan berlangsung meriah.
Acara tradisi tahunan di Kota Semarang di saat menjelang datangnya bulan Ramadan ini mendapat sambutan meriah dari masyarakat. Mereka ikut serta dalam sejumlah kegiatan serta ikut menyemarakkan tradisi dugderan yang diselenggarakan di Lapangan Simpanglima Semarang.Tingginya antusias masyarakat dalam menonton karnaval dugderan ini membuat beberapa jalan protokol mengalami kemacetan.

“Dugderan ini merupakan tradisi masyarakat Kota Semarang yang dilaksanakan setiap tahun sebagai bentuk syukur atas datangnya bulan Ramadan,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang Agung Prijo Oetomo,kemarin. Karnaval dugderan 2010 ini,dimulai dari halaman balai kota menuju Jalan Pemuda, Masjid Kauman, Kranggan, Jalan Gajah Mada, Simpanglima, Jalan Ahmad Yani, Jalan Brigjen Sudiarto, Jalan Gajah, dan berakhir di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Wali Kota Semarang mengikuti arak-arakan dengan menggunakan kereta kencana yang dihias. Bersama wakil wali kota,mereka diiringi dengan barisan mobil hias warag ngendhog.

Rombongan wali kota tiba di MAJT pukul 16.00 WIB. Kedatangan mereka disambut oleh Gubernur Jateng Bibit Waluyo yang sudah ada di dalam MAJT. Sementara itu, antusias masyarakat yang datang ke MAJT tak kalah dengan yang ada di balai kota. Masyarakat sudah berdesakdesakan menyambut kedatangan rombongan wali kota sejak pukul 15.00 WIB. Begitu rombongan wali kota tiba langsung disambut dengan kelompok musik rebana. “Ingin melihat wali kotanya mas,” kata Suharno, warga Tembalang yang tak pernah melewatkan setiap digelarnya karnaval dugderan. Menurut Suharno,dia bersama seluruh keluarga dan tetangganya datang ke MAJT hanya ingin melihat langsung prosesi dugderan.

Setelah dilakukan prosesi dugderan dalam menyambut datangnya bulan Ramadan, baik wali kota, gubernur dan rombongan langsung berjalan menuju tempat beduk. Di sana dilakukan penabuhan beduk sebagai tanda telah datang bulan Ramadan 2010. (alkomari)
sumber : http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/343723/

Karnaval Dugderan Jadi Lautan Manusia

Posted: Tuesday, August 10, 2010 by Karis As A Trader in Labels:

Semarang, CyberNews. Suasana karnaval dugderan di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Selasa (10/8), untuk kali kelima sejak 2005, sungguh meriah. Seketika, masjid seluas 10 hektar itu nampak seperti lautan manusia.

Setidaknya puluhan ribu manusia dari berbagai penjuru Semarang dan sekitarnya, memadati lokasi itu untuk menyaksikan tradisi khas Semarang tersebut. Jalan menuju MAJT pun macet akibat tumpukan kendaraan bermotor.

Usai prosesi penyerahan suhuf hasil halaqah para ulama dari Kanjeng Bupati RM Aryo Purbodiningrat yang diperankan Wali Kota Soemarmo kepada RM Probo Hadikusumo yang diperankan Gubernur Bibit Waluyo, dilakukan pengarakan yang dipimpin pasukan warak ngendok lengkap dengan tetabuhan rebana, menuju beduk utama MAJT di halaman depan.

Masyarakat yang hadir memanfaatkan kesempatan itu untuk bersalaman dengan Wali Kota dan Gubernur. Namun, hal itu sulit dilakukan karena pengawalan pagar betis yang ketat.

Sesampai di lokasi beduk utama, Gubernur memukulnya, diiringi empat kali ledakan bom hingga menggetarkan lokasi sekitar. Lalu, Gubernur membacakan suhuf hasil halaqah.

"Ingsun tampa pepuntoning halaqah saka para ulama ing saindhenging wewengkon Semarang, wiwit saka Mangkang tumekeng Mrican, saka Gunungbrintik tekan Gunungpati, saka Bubakan nganti Jabalkat...," begitu bunyi suhuf yang berisi pengumuman awal Ramadan itu.

Gubernur berpesan agar masyarakat bertawakal dan tawadhu, melakukan sesuatu yang barokah dan berguna bagi sesama. Pesan itu paling tidak sebagai rambu umat Muslim dalam melaksanakan puasa Ramadan 1431 H.
sumber : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2010/08/10/62103/Karnaval-Dugderan-Jadi-Lautan-Manusia

Pedagang Ingin Tambah Waktu Berjualan

Posted: by Karis As A Trader in Labels:

Semarang, CyberNews. Pedagang dugderan menginginkan tambahan hari berjualan di luar waktu akhir dugderan yang ditetapkan Pemkot, 12 Agustus mendatang. Pasalnya, keuntungan yang didapat masih jauh dari keinginan akibat sedikitnya pengunjung dari awal dugderan, 1 Agustus.

Untuk itu, usai prosesi kirab Selasa (10/8), lapak pedagang dugderan masih berdiri hingga dua hari mendatang. Kondisi ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang mengharuskan seluruh pedagang dugderan membereskan lapaknya usai kirab dugderan berlangsung.

Meski pemkot telah memberikan kesempatan pedagang hingga dua hari ke depan, ternyata beberapa pedagang ingin tetap bertahan hingga dua hingga tiga hari di luar waktu resmi.

Murtiningsih (48), pedagang gerabah mengatakan, akan memberesi lapak 14 Agustus mendatang karena menurutnya, pada awal-awal puasa, masih banyak pembeli dagangannya. Hal senada dituturkan Wanto. Menurut pedagang kurma khusus dugderan ini, awal-awal puasa seperti 13 dan 14 Agustus justru banyak pembeli.

Wanto mengaku, keuntungan rata-rata saat dugderan kali ini sangat minim, tak lebih Rp 75 ribu perhari. Untuk itu, ia ingin tetap bertahan paling tidak hingga seminggu setelah waktu resmi. Wanto mengaku, biasanya mendapat untung Rp 150 ribu perhari.

"Makanya, untuk bekal lebaran, saya bertekad tetap berjualan di lokasi dugderan, meski sudah habis masanya. Saya harap, pemkot lewat Satpol PP tak menggusur kami," katanya

Terpisah, koodinator pelaksanaan dugderan yang juga Kabid PKL Dinas Pasar Kota Satrio Imam menuturkan, akan berlaku tegas kepada pedagang yang nekat tetap berjualan setelah 12 Agustus.

"Ini sudah ketetapan pemkot. Untuk itu, 13 Agustus pagi, seluruh lapak dugderan harus sudah benar-benar bersih. Kalau belum, Dinas Pasar Kota bersama Satpol PP terpaksa membereskan lapak mereka. Kami berharap pengertian dari seluruh pedagang dugderan supaya tidak ada tindakan tegas dari kami," ujarnya.

( Hadziq Jauhary /CN26 )
sumber : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2010/08/10/62017/Pedagang-Ingin-Tambah-Waktu-Berjualan

Sejumlah Jalan Utama di Semarang Macet Total

Posted: by Karis As A Trader in Labels:

Semarang, CyberNews. Puncak perayaan Dugderan 2010 di Semarang dilangsungkan sejak siang ini hingga sore nanti, puncak perayaan diisi dengan kirab dan karnaval yang dilangsungkan dengan rute Balaikota Semarang hingga Masjid Agung Kauman.

Adanya kirab dan karnaval yang diikuti berbagai instansi pemerintah, swasta, sekolah sampai kelurahan membuat sejumlah jalan di Semarang padat merayap hingga beberapa jalan yang lumpuh total.

Jelang kirab dimulai sepanjang jalan Pemuda, penuh sesak dengan warga yang ingin menyaksikan perayaan Dugder yang tahun ini kembali diselenggarakan di area Masjid Agung Kauman dan Pasar Johar. Akibatnya traffic menuju Jalan Pemuda pun padat, seperti di Jalan Imam Bonjol, Jalan MH Thamrin, Jalan Indraprasta, Jalan Pierre Tendean, Jalan Gajahmada dan Jalan Kolonel Soegiono.

Kemacetan paling parah terjadi di Jalan MH Thamrin, Perempatan Jalan Pemuda (tepatnya dipersimpangan Jalan Gajahmada, Jalan Gendingan dan Jalan Pemuda) dan lingkaran Jalan Pemuda. Aparat kepolisian yang diturunkan sejak pukul 13.00 WIB tadi sudah dikerahkan untuk mengatur lalu lintas di lingkar Pemuda serta sepanjang Jalan Pemuda.

Pukul 14.00 WIB arak-arakan kirab dan karnaval sudah mulai meninggalkan area Balaikota serta berjalan menuju Masjid Agung Kauman, diperkirakan kepadatan jalan ini akan berlangsung hingga pukul 17.00 WIB nanti.

( Wisanggeni /CN13 )
sumber : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2010/08/10/62057/Sejumlah-Jalan-Utama-di-Semarang-Macet-Total

Persiapan Kirab Dugderan

Posted: by Karis As A Trader in Labels:

Semarang, CyberNews. Kirab dugderan yang rencanya diadakan Selasa (10/8), mulai disiapkan, baik prosesi maupun properti yang akan digunakan. Kirab yang masuk kategori even pariwisata internasional itu mulai diadakan pukul 13.00 WIB melewati tiga tempat yang diawali dari halaman Balai Kota berakhir di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).

Pagi harinya, diadakan karnaval anak TK, SD, SMP di depan Masjid Baiturrahman Simpang Lima. Di halaman Balai Kota, wali kota akan memberikan sambutan memerankan Kanjeng Bupati Semarang RM Aryo Purbadiningrat. Selanjutnya, rombongan karnaval yang terdiri dari pasukan bendera merah putih, drum band, mobil hias warak ngendok, kereta kencana (dinaiki Walikota dan Wakil Walikota beserta istri), prajurit patangpuluhan, serta bendi, menuju Masjid Agung Semarang (Kauman) dan MAJT.

Prosesi kirab dugderan, awalnya merupakan penanda datangnya bulan Ramadan, yang disampaikan pemerintah kepada masyarakat luas. Kegiatan itu terus dilakukan hingga kini demi mempertahankan tradisi khas semarangan, selain penyelenggaraan dugderan itu sendiri di kawasan Johar dan MAJT.

Kabid PKL Dinas Pasar Kota, Satrio Imam, berharap masyarakat terutama generasi muda turut meramaikan kirab dugderan itu sebagai wujud pelestarian budaya dan kesenian semarangan. Terkait kondisi lalu-lintas sekitar lokasi kirab yang nantinya diperkirakan macet, pihaknya berharap masyarakat memahaminya karena kirab dugderan hanya even sekali dalam setahun.

Selain itu, masyarakat juga diimbau tetap mengunjungi dugderan di kawasan Johar dan MAJT karena tradisi itu baru akan berakhir 12 Agustus. "Pemkot melalui Dinas Pasar Kota telah melakukan evaluasi dan perbaikan terhadap dugderan sehingga pengunjung bisa lebih nyaman dan tenang saat mengunjungi lokasi itu.

( Dian Chandra , Hadziq Jauhary/CN14 )
sumber : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2010/08/08/61895/Persiapan-Kirab-Dugderan

Dugderan di MAJT Sepi Pengunjung

Posted: by Karis As A Trader in Labels:

Semarang, CyberNews. Dugderan di kawasan Masjid Agung Jawa Tengah dari awal penyelenggaraan hingga Jumat (6/8), sepi pengunjung. Padahal, Dinas Pasar Kota mengkonsep kawasan itu sebagai loksi kedua dugderan selain Johar.

Beberapa pedagang dan pengelola wahana permainan mengeluhkan kondisi itu. Mereka berharap, Dinas Pasar Kota lebih menyosialisasikan dan mengarahkan masyarakat untuk mengunjungi dugderan di MAJT.

"Harusnya, Dinas Pasar juga memerhatikan para pedagang di MAJT, sehingga keuntungan yang kami dapat, tidak sangat minim dan hanya cukup untuk makan. Lagipula, retribusi uang sewa dan kebersihan yang ditarik, sama dengan para pedagang di Johar," ujar Tole (25), salah seorang pengelola wahana permainan, Jumat (8/6).

Berdasar pantauan, para pedagang dan pengelola wahana permainan hanya berdiam diri menunggu pengunjung yang tak kunjung datang. Selain itu, hanya terlihat beberapa lapak yang masih bertahan di MAJT sedangkan yang lain memilih pindah ke Johar.

Tole menuturkan, sebetulnya ingin memindahkan alat permainan ke Johar, tetapi dilarang Dinas Pasar karena tempatnya sudah tidak ada. "Akhirnya, terpaksa tetap di sini hingga selesai dugderan, meski dengan kondisi memprihatinkan." tambahnya.

Kondisi pedagang dugderan di MAJT memang kontras dengan pedagang di Johar. Mulai siang hari, dugderan di Johar sudah banyak dikunjungi masyarakat, sedangkan di MAJT, meski para pedagang sudah siap berdagang pukul 16.00, tetapi pengunjung baru datang sekitar pukul 20.00-22.00. Itupun sangat sedikit yang datang.

Menurut Nur Rahmat (46) pedagang gerabah asal Jepara menuturkan, melihat kondisi sepi pembeli, sebetulnya ingin pindah ke Johar, tetapi mempertimbangkan biaya sewa yang lebih mahal jika memaksakan diri pindah ke Johar. "Selain itu, harus membayar biaya angkut lagi. Saya nrimo saja kondisi ini meski keuntungan hanya Rp 25 ribu-30 ribu perhari." katanya.

Keuntungan pedagang gerabah memang sangat minim jika dibandingkan dengan pedagang di Johar. Beberapa pedagang gerabah di Johar mengaku, mendapat keuntungan Rp 100 ribu-150 ribu perhari. Itu jika kondisi relatif stabil, tidak terlalu ramai pembeli. Meski begitu, para pedagang di MAJT mengakui, keamanannya terjamin seperti tidak pernah dipalak.
sumber : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2010/08/06/61753/Dugderan-di-MAJT-Sepi-Pengunjung

Tradisi Dugderan Diminati Pedagang dari Luar Jawa

Posted: by Karis As A Trader in Labels:

Semarang, CyberNews. Tradisi dugderan yang setiap tahun diadakan untuk menyambut Bulan Suci Ramadan yang berada di Pasar Johar Semarang dari ratusan pedagang dugderan tidak semua berasal dari daerah Jawa Tengah seperti Kabupaten Demak dan Kudus. Acara warisan turun-temurun yang bermula berlokasi di sekitar Masjid Kauman itu mampu menarik pedagang dari luar Jawa seperti pedagang dari Padang Sumatera Barat yang mencoba mencari peruntungan di dugderan tersebut. Memang mereka datang tidak menjual barang pecah belah seperti yang dijual pedagang dugderan pada umumnya seperti berbagai macam gerabah dan mainan anak, namun mereka menawarkan produk sandal.

Seorang pedagang, Riki (35) mengaku sejak pertama kali merantau dari tanah kelahirannya pulau Sumatera baru saat ini dia berjualan di acara dugderan. Sebelumnya dia hanya berdagang dengan cara berkeliling dan daerah yang telah dikunjunginya hingga Solo. "Saya rata-rata setiap hari di dugderan ini bisa menjual lebih dari 10 pasang sandal berbagai merek. Dan harga yang saya tawarkan bervariasi mulai dari Rp 12.500-Rp 35.000," katanya.

Dia menceritakan bahwa mulai menggelar dagangan dan berjualan sejak dugderan dibuka Minggu (1/8) lalu hingga masuk hari pertama Bulan Puasa nanti. Saat ini dia menyewa satu tempat bersama tiga teman lainnya untuk mendirikan sebuah tenda yang digunakan menggelar dagangan. Mereka berharap dari hasil berjualan itu mereka bisa untung karena hasil tersebut akan digunakan untuk membayar biaya sewa sampai selesai acara dugderan.
sumber : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2010/08/04/61524/Tradisi-Dugderan-Diminati-Pedagang-dari-Luar-Jawa

Mainan Tradisional Masih Diminati

Posted: by Karis As A Trader in Labels:

Semarang, CyberNews. Meskipun belakangan ini mainan modern menguasai pasaran dan banyak anak-anak sekarang memilikinya, tetapi siapa sangka ternyata mainan tradisional masih tetap diminati.

Ya, hal ini tergambar di arena dugderan. Banyak anak yang masih melirik mainan tradisional yang memang dijual berjejer di lokasi sepanjang Jalan Agus Salim sampai Kauman Barat, Semarang.

Miftah (9), bahkan sampai merengek-rengek minta dibelikan mainan kapal otok-otok kepada ibunya. Karena tak ingin mengecewakan anaknya, akhirnya sang ibu mendekati pedagang dan mengambil satu kapal mainan sambil membolak-balikkan mainan berbahan seng itu.

Setelah menanyakan harga dan menawarnya, akhirnya dikeluarkanlah selembar uang nominal Rp 5 ribu dari dompet. Didapatkanlah mainan kapal itu dan Miftah pun tersenyum lebar.

Pedagang kapal otok-otok, Katbini (21) menerangkan, masih banyak anak yang meminati dagangannya. Barang dagangan itu sendiri didatangkan dari daerah asalnya, Cirebon. Tak ada penurunan permintaan sama sekali dibanding dugderan tahun-tahun sebelumnya, bahkan ia mengaku, cenderung mengalami peningkatan. "Saya tak mengambil untung terlalu besar, tetapi tetap keuntungannya lebih besar dibanding saat berjualan dari pasar ke pasar mengelilingi kota se-Jateng dan Jatim di luar dugderan."

Ketika dugderan, Katbini mengaku mendapat untung Rp 40 ribu perhari, tetapi di luar dugderan ia hanya dapat untung Rp 20 ribu perhari. Keuntungan itu merupakan keuntungan rata-rata yang didapat para pedagang kapal otok-otok.

Para pedagang mainan tradisional memang panen rupiah di setiap even dugderan. Sriyati (35), pedagang gasingan, otok-otok, dan seruling bambu mengaku mendapat untung Rp 400 ribu perhari. "Saya membuat sendiri seluruh mainan ini, dijamin tidak kalah dengan mainan modern."

Menurutnya, rata-rata pengunjung yang lewat tertarik mencoba mainan dagangannya, kemudian membelinya. Saat kondisi pengunjung ramai, ia memainkan mainan-mainan tersebut, termasuk memutar gasingan seharga Rp 5 ribu hingga menimbulkan bunyi lumayan keras.

Mainan truk, warak ngendog, dan topeng macan, juga tampak banyak diminati pengunjung dugderan. Sumiah, salah seorang penjual mainan tersebut mengaku pada dugderan kali ini mendapat keuntungan lebih besar, yakni sekitar Rp 150-200 ribu dibanding tahun sebelumnya yang berkisar Rp 75 ribu-100 ribu.

Ketika ditanya penyebab kenaikan penjualan mainan daganganya, Sumiah menjawab, "Entah apa sebabnya." Namun, beberapa saat kemudian, terlontar kalimat, "Apa karena anak-anak sudah bosan dengan mainan modern?". Kebenarannya memang patut diteliti lebih lanjut, tetapi paling tidak, dari even dugderan bisa terlihat jika ternyata mainan tradisional masih diminati dan tak tersingkir perkembangan zaman.

( Hadziq Jauhary /CN13

Hari Pertama, Dugderan Belum Ramai

Posted: by Karis As A Trader in Labels: ,

Semarang, CyberNews. Dugderan di hari pertama (1/8), ternyata belum mendapat respon yang tinggi dari masyarakat Semarang terbukti dengan belum ramainya pembeli.

Beberapa pedagang yang ditemui, Minggu sore mengaku dari pagi belum mendapat keuntungan yang signifikan dibanding tahun sebelumnya. "Saya belum tahu apa penyebabnya, padahal ini hari libur. Biasanya, kalau hari libur, sehari saya bisa mengantongi keuntungan lebih dari Rp 100.000. Saya berharap beberapa hari ke depan, terutama hari Minggu, pengunjung bisa meningkat sehingga keuntungan bisa lebih besar," ujar Ari, salah seorang pedagang makanan khas semarangan.

Hal sama diakui Suminah, pedagang gerabah. "Pembeli masih terlihat minim, meski pengunjung tidak bisa dikatakan sepi. Padahal, saya dengar Pemkot telah berusaha menyosialisasikan dugderan dengan lebih gencar termasuk dengan memusatkan lokasi dugderan di kawasan Johar."

Meski kami tak mengejar target pendapatan saat mrema ini, ujar dia, tetapi kami beharap minimal bisa mengantongi uang guna kebutuhan sehari-hari di lokasi dugder dan untuk keluarga di rumah. "Saya orang nggak punya mas, makanya nrima saja dengan laba yang didapat. Saya tak mau muluk-muluk, yang penting bisa makan secukupnya," ujarnya.

Menurutnya, keuntungan dari dugderan biasanya disisihkan untuk kebutuhan beberapa hari mendatang setelah acara dugderan usai. "Kalau saya habiskan saat ini juga, keluarga bisa kelaparan mas," tuturnya dengan wajah memelas.

Salah seorang pengunjung, Ali Mustofa mengatakan, agar acara dugderan bisa ramai dan semarak, mestinya ada langkah inovatif baik dari pedagang atau pemkot. "Pemkot bisa memfasilitasi hadirnya pedagang yang menjual dagangan berbeda atau jenis dagangan sama, tetapi ada perbedaannya, tidak membosankan seperti saat ini," katanya.

Meski demikian, Ali mengatakan upaya pengembalian pusat dugder ke kawasan Johar yang dilakukan pemkot, sudah sangat baik, termasuk upaya meminimalisasi premanisme di lokasi dugder. "Mungkin, kemasan acaranya saja yang diperbaiki. Harus ada konsep baru dan tak terkesan dugderan itu jadul atau kuno meski merupakan even tradisi turun-temurun."

Sebelumnya, pihak pemkot melalui Dinas Pasar dan Dinas Pariwisata memang telah berupaya memperbaiki acara dugderan dan mengkonsep berdasar tradisi awanya yakni memindahkan lokasi ke kawasan Johar.

Dinas Pasar bertugas mengkonsep acara secara langsung dan membuat penyelenggaraan setertib mungkin. Sedangkan Dinas Pariwisata diharuskan mempromosikan even dugder sebagai even wisata Semarang, termasuk dengan memasang lampu warak dan replika warak ngendok dari Jalan Pemuda hingga kawasan Masjid Agung Kauman.

Dugderan, Premanisme Berusaha Ditangkal

Posted: by Karis As A Trader in Labels: ,

Semarang, CyberNews. Pemerintah Kota melalui Dinas Pasar berupaya menangkal terjadinya premanisme baik kepada pedagang maupun pembeli dalam acara dugderan yang mulai berlangsung besok (1/8) hingga Kamis (12/8) di kawasan Johar dan pintu keluar Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).

Pihak Dinas Pasar Kota melalui Kabid PKL, Satrio Imam, tidak memungkiri pada kegiatan jual-beli di pasar atau even tertentu seperti dugderan, tak bisa lepas dari praktik premanisme. Namun, pihaknya tak mau para preman merajalela dalam tradisi tahunan Semarang itu. "Kami memiliki kewajiban untuk mengamankan situasi dugderan sehingga masyarakat dan pedagang tidak dirugikan."

Khusus kepada pedagang, pihaknya tak mau mereka dipalak preman, makanya dilakukan operasi rutin tiap hari secara diam diam melalui tim keamanan yang sudah dibentuk pihaknya. "Ini sebagai wujud apresiasi kepada para pedagang yang sudah boyongan bersama barang dagangannya sekaligus tinggal di lokasi serta memberi pemasukan kepada kas daerah."

Menurutnya, timbal balik pedagang membayar retribusi sewa lokasi dan kebersihan sesuai Perda Nomor 6/2008 tentang retribusi pemakaian kekayaan daerah ialah menjaganya dari risiko premanisme.

Di sisi lain, pihaknya tak menjamin keamanan pedagang yang tak menyewa lapak lewat Dinas Pasar yang di lapangan diurus Persatuan Pedagang dan Jasa Kota. "Bisa saja mereka dikenai uang sewa 4-6 kali lipat dari retribusi resmi, bahkan lapaknya diletakkan di sembarang tempat, tak sesuai setting lokasi."

Kepada pedagang yang demikian, kata Imam, pihaknya justru akan berlaku tegas yakni menggusur dan memindahnya ke lokasi sesuai konsep setting, dengan catatan, jika di lokasi tersebut masih ada ruang kosong.

"Kami tak mau perilaku tidak tertib terjadi pada dugderan tahun ini. Konsep dugderan pun akan terus diperbaiki sehinga bisa menjadi ikon wisata budaya dan religi. Makanya, kami berusaha mengembalikan pusat dugder di kawasan Masjid Agung Kauman (Johar) seperti saat awal," terang Imam, Sabtu (31/7).

Dikatakan, karena pihaknya sudah memperketat keamanan, maka masyarakat tak perlu takut datang ke lokasi dugderan. Pasalnya, tradisi tahunan dugderan harus disukseskan bersama-sama, terlebih pada gelaran tahun ini, pihaknya sudah mempersiapkan dan mengkonsep sejak jauh-jauh hari, termasuk menangkal dampak premanisme yang sering dikeluhkan pedagang dan pengunjung.
sumber : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2010/07/31/61184/Dugderan-Premanisme-Berusaha-Ditangkal

Pembagian Lapak Dugder Otoritas Dinas Pasar

Posted: by Karis As A Trader in Labels:

Semarang, CyberNews. Pembagian lapak dugder termasuk tata letak posisi pedagang menjadi otoritas penuh Dinas Pasar Kota. Sementara yang mengurus langsung penempatan di lapangan termasuk pembayaran retribusi sewa lapak dan kebersihan, diserahkan kepada pihak Persatuan Pedagang dan Jasa (PPJ) Kota.

Akan tetapi, Dinas Pasar akan terjun langsung mengawasi pelaksanaan dugderan di lapangan yang berlangsung 1-12 Agustus. Hal ini guna mengetahui, apakah jumlah pedagang sesuai yang mendaftar di saat awal pelaksanaan serta apakah mereka berdagang sesuai pembagian lokasi dari Dinas Pasar. Masalah tersebut nantinya, akan dibahas dalam evaluasi rutin yang rencanya diadakan tanggal 1, 5, 6, dan 10 Agustus antara Dinas Pasar Kota, PPJ Kota, dan seluruh aparat keamanan dugderan.

Menurut Kepala Dinas Pasar Kota Ednawan Haryono melalui Kabid PKL Satrio Imam, jika ada pedagang yang berdagang di lokasi yang tak sesuai dengan tata letak, maka akan ditegur dan diminta untuk pindah ke lokasi sesuai jenis barang dagangannya selagi masih ada tempat kosong. "Kalau sudah tidak ada tempat kosong, terpaksa mereka dipersilakan tidak berdagang di lokasi dugderan. Namun sebelumnya, kami tetap berkomunikasi secara baik sehingga tak sampai terjadi konflik," ujarnya.

Setiap pedagang, boleh menyewa lebih dari satu lapak dengan ukuran standar 2x3 meter. Sementara bagi pedagang yang sudah mulai berdagang sebelum 1 Agustus, akan dikenakan retribusi tambahan dengan hitungan yang sama sesuai jumlah hari tambahan berdagang.

Dikatakan Imam, jika jumlah pungutan kepada pedagang lebih besar dari yang ditetapkan Dinas Pasar, berarti ada premanisme kepada pedagang. "Sebab, kami menjamin tak ada pungutan lain selain sesuai retribusi yang akan masuk seluruhnya ke kas daerah,"

Pedagang Keluhkan Tingginya Sewa Gerai Dugderan

Posted: by Karis As A Trader in Labels:

ANTARA - Para pedagang di Pasar Rakyat Dugderan 2010, yang digelar menjelang puasa Ramadhan, mengeluhkan tingginya biaya sewa gerai sebesar Rp300 ribu per hari.

Seorang pedagang, Daniel ketika ditemui di lokasi Dugderan di Kota Semarang, Selasa, mengatakan biaya sewa tersebut belum dapat ditutup dari pemasukan harian, belum termasuk harus menyewa tenda dan membayar listrik.

Ia memasang target pemasukan sebesar Rp6 juta selama berjualan di arena Dugderan tahun ini.

Dugderan merupakan tradisi yang digelar warga Kota Semarang setiap menjelang puasa Ramadhan. Bersamaan perubahan zaman, Dugderan menjadi lahan bisnis bagi pedagang kecil yang ingin meraup rezeki dari hasil berjualan aneka barang, mulai dari kerajinan lokal hingga barang impor.

Pedagang lainnya Yusniarti mengatakan hingga saat ini gerai pakaiannya masih sepi pengunjung sehingga ia merasa berat harus membayar uang sewa Rp300 ribu/hari.

Ia yang rutin mengikuti Dugderan sejak tiga tahun lalu menargetkan pemasukan kotor sebesar Rp2,5 juta per hari.

Cuaca yang tidak menentu, menurut Yusniarti, menjadi kendala utama dalam pelaksanaan pasar rakyat seperti Dugderan. "Pasar menjadi becek dan pengunjung enggan datang ke mari," katanya.

Sebelumnya, kedua pedagang tersebut bergabung menjadi peserta Dugderan ketika dihelat di kawasan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) pada 2009 lalu.

"Berdagang di sana (MAJT,red) lebih sepi sehingga kami memilih berdagang di kawasan Pasar Johar," katanya.

Namun, keduanya masih optimistis akan dapat menutup biaya sewa yang besar karena pelaksanaan Dugderan di kawasan Pasar Johar di Jalan Pemuda kemungkinan besar akan menarik lebih banyak orang untuk datang.

Kepala Bidang Pedagang Kaki Lima Dinas Pasar Kota Semarang Satrio Imam belum dapat dihubungi untuk memberikan tanggapan perihal keluhan pedagang di pasar rakyat Dugderan tersebut. ***2***
(U.pso-202/x

Wahana Permainan Kuasai Perayaan Dugderan 2010

Posted: by Karis As A Trader in Labels:

ANTARA - Wahana permainan Dugderan 2010 di Pasar Johar lebih diminati pengunjung dibandingkan para pedagang yang menjual aneka barang kebutuhan masyarakat.

"Sejak awal dibukanya Dugderan 2010 pada 30 Juli, omzet kami stabil hingga hari ini mencapai Rp3 juta per hari," kata pengelola wahana Kuda Putar, Ahmad Taufik (27) di Semarang, Jumat.

Dia mengatakan, Dugderan tahun ini lebih ramai jika dibandingkan tahun lalu di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).

"Tahun lalu hanya memperoleh omzet satu hingga dua juta dalam sehari," katanya.

Hal senada disampaikan pengelola wahana permainan Bianglala, Radit (35), mengatakan Dugderan tahun ini mendatangkan omzet lebih banyak jika dibandingkan tahun lalu.

Dia mengatakan, dalam sehari memperoleh omzet sebesar Rp2 juta karena pengunjung Dugderan di Pasar Johar lebih ramai.

"Tahun lalu wahana Bianglala ini hanya mendatangkan omzet sebanyak Rp1 juta per hari," katanya.

Begitu juga wahana permainan Balon Terbang terlihat ramai pengunjung yang ingin menaiki wahana tersebut.

Berbeda yang dirasakan para pedagang yang menjual aneka barang kebutuhan masyarakat seperti pedagang pakaian.

Salah satu pedagang pakaian, Daniel (37), mengatakan gerainya sepi dan omzet yang diharapkan jauh dari target.

"Saya menargetkan Dugderan 2010 dapat mendatangkan omzet Rp6 juta, namun agaknya jauh dari target melihat sepinya pembeli hingga hari ini (Jumat)," katanya.

Pedagang pakaian lainnya, Yusniarti (40), mengatakan gerainya masih sepi pembeli dan jauh dari target omzet sebesar Rp2,5 juta per hari.

Dia mengakui untuk memperoleh Rp1 juta per hari saja sangat sulit melihat sepinya pembeli yang datang.

Keadaan senada juga dirasakan pedagang gerabah dan pedagang guci tanah liat yang terlihat menunggu pembeli datang.

The Unofficial Guide Walt Disney World 2010 (Unofficial Guides)

Posted: Thursday, August 5, 2010 by Karis As A Trader in Labels:


Product Description

In 2008, combined Walt Disney World Resort© theme park attendance reached over 51 million, with the Magic Kingdom alone drawing over 17 million visitors. (Orlando Convention and Visitor Bureau)
Despite signifcant downturns in the economy, Disney theme parks have maintained attendance rates and made gains in attendance at some parks.
Walt Disney World Resort theme parks are rated best in the world. earning high marks for things outside of the traditional theme park experience. Epcot's International Food & Wine Festival, which takes place for six weeks every fall and showcases food from twenty-five countries, was rated by Forbes Traveler as one of the Best U.S. Food

Nine Lives: In Search of the Sacred in Modern India

Posted: by Karis As A Trader in Labels:


Product Description

From the author of The Last Mughal (“A compulsively readable masterpiece” —The New York Review of Books), an exquisite, mesmerizing book that illuminates the remarkable ways in which traditional forms of religious life in India have been transformed in the vortex of the region’s rapid change—a book that distills the author’s twenty-five years of travel in India, taking us deep into ways of life that we might otherwise never have known exist.

A Buddhist monk takes up arms to resist the Chinese invasion of Tibet—and spends the rest of his life atoning for the violence by hand printing the finest prayer flags in India . . . A Jain nun tests her powers of detachment as she watches her closest friend ritually starve herself to death . . . A woman leaves her middle-class life in Calcutta and finds unexpected fulfillment living as a Tantric in an isolated, skull-filled cremation ground . . . A prison warder from Kerala is worshipped as an incarnate deity for three months of every year . . . An idol carver, the twenty-third in a long line of sculptors, must reconcile himself to his son’s desire to study computer engineering . . . An illiterate goatherd from Rajasthan keeps alive in his memory an ancient four-thousand-stanza sacred epic . . . A temple prostitute, who initially resisted her own initiation into sex work, pushes both her daughters into a trade she nonetheless regards as a sacred calling.

William Dalrymple chronicles these lives with expansive insight and a spellbinding evocation of circumstance. And while the stories reveal the vigorous resilience of individuals in the face of the relentless onslaught of modernity, they reveal as well the continuity of ancient traditions that endure to this day. A dazzling travelogue of both place and spirit


Product Description

The Appalachian Trail trail stretches from Georgia to Maine and covers some of the most breathtaking terrain in America–majestic mountains, silent forests, sparking lakes. If you’re going to take a hike, it’s probably the place to go. And Bill Bryson is surely the most entertaing guide you’ll find. He introduces us to the history and ecology of the trail and to some of the other hardy (or just foolhardy) folks he meets along the way–and a couple of bears. Already a classic, A Walk in the Woods will make you long for the great outdoors (or at least a comfortable chair to sit and read in).


Product Description

When Jon Krakauer reached the summit of Mt. Everest in the early afternoon of May 10, 1996, he hadn't slept in fifty-seven hours and was reeling from the brain-altering effects of oxygen depletion. As he turned to begin his long, dangerous descent from 29,028 feet, twenty other climbers were still pushing doggedly toward the top. No one had noticed that the sky had begun to fill with clouds. Six hours later and 3,000 feet lower, in 70-knot winds and blinding snow, Krakauer collapsed in his tent, freezing, hallucinating from exhaustion and hypoxia, but safe. The following morning, he learned that six of his fellow climbers hadn't made it back to their camp and were desperately struggling for their lives. When the storm finally passed, five of them would be dead, and the sixth so horribly frostbitten that his right hand would have to be amputated.

Into Thin Air is the definitive account of the deadliest season in the history of Everest by the acclaimed journalist and author of the bestseller Into the Wild. On assignment for Outside Magazine to report on the growing commercialization of the mountain, Krakauer, an accomplished climber, went to the Himalayas as a client of Rob Hall, the most respected high-altitude guide in the world. A rangy, thirty-five-year-old New Zealander, Hall had summited Everest four times between 1990 and 1995 and had led thirty-nine climbers to the top. Ascending the mountain in close proximity to Hall's team was a guided expedition led by Scott Fischer, a forty-year-old American with legendary strength and drive who had climbed the peak without supplemental oxygen in 1994. But neither Hall nor Fischer survived the rogue storm that struck in May 1996.

Krakauer examines what it is about Everest that has compelled so many people -- including himself -- to throw caution to the wind, ignore the concerns of loved ones, and willingly subject themselves to such risk, hardship, and expense. Written with emotional clarity and supported by his unimpeachable reporting, Krakauer's eyewitness account of what happened on the roof of the world is a singular achievement.

The Ultimate Kauai Guidebook: Kauai Revealed

Posted: by Karis As A Trader in Labels:


Product Description

The finest guidebook ever written for Kauai and the only one written by a writer who anonymously reviews the island. He visits every beach, restaurant, activity and trail on the island. The result is this comprehensive, humorous and easy-to-read full color guide that will lead you to more adventures than any other book. A must for travelers


Product Description

The finest guidebook ever written for Maui and the only one written by Maui residents who anonymously review the island. They visit every beach, restaurant, activity and trail on the island. The result is this comprehensive, humorous and easy-to-read full color guide that will lead you to more adventures than any other book. A must for travelers.


Product Description

The deepest cave on earth was a prize that had remained unclaimed for centuries, long after every other ultimate discovery had been made: both poles by 1912, Everest in 1958, the Challenger Deep in 1961. In 1969 we even walked on the moon. And yet as late as 2000, the earth’s deepest cave—the supercave—remained undiscovered. This is the story of the men and women who risked everything to find it, earning their place in history beside the likes of Peary, Amundsen, Hillary, and Armstrong.

In 2004, two great scientist-explorers are attempting to find the bottom of the world. Bold, heroic American Bill Stone is committed to the vast Cheve Cave, located in southern Mexico and deadly even by supercave standards. On the other side of the globe, legendary Ukrainian explorer Alexander Klimchouk—Stone’s polar opposite in temperament and style, but every bit his equal in scientific expertise, physical bravery, and sheer determination—has targeted Krubera, a freezing nightmare of a supercave in the Republic of Georgia, where underground dangers are compounded by the horrors of separatist war in this former Soviet republic.

Blind Descent explores both the brightest and darkest aspects of the timeless human urge to discover—to be first. It is also a thrilling epic about a pursuit that makes even extreme mountaineering and ocean exploration pale by comparison. These supercavers spent months in multiple camps almost two vertical miles deep and many more miles from their caves’ exits. They had to contend with thousand-foot drops, deadly flooded tunnels, raging whitewater rivers, monstrous waterfalls, mile-long belly crawls, and much more. Perhaps even worse were the psychological horrors produced by weeks plunged into absolute, perpetual darkness, beyond all hope of rescue, including a particularly insidious derangement called The Rapture.

James M. Tabor was granted unprecedented access to logs, journals, photographs, and video footage of these expeditions, as well as many hours of personal interviews with surviving participants. Blind Descent is an unforgettable addition to the classic literature of discovery and adventure. It is also a testament to human survival and endurance—and to two extraordinary men whose relentless pursuit of greatness led them to heights of triumph and depths of tragedy neither could have imagined.

Includes a 16-pg full-color insert

Rick Steves' Italy 2010 with map

Posted: by Karis As A Trader in Labels:


Product Description

From the beaches to the Alps, from fine art to fine pasta, Italy has it all. With this book, you’ll trace Italian culture from Rome’s Colosseum to Michelangelo’s David to the bustling elegance of Milan. Experience the art-drenched cities of Venice and Florence, explore the ancient ruins of the Roman Forum, and learn how to avoid the lines at the most popular museums. Discover the villages of Tuscany and Umbria and the lazy rhythms of the Cinque Terre. Shop at local market stalls, sip a cappuccino at an outdoor cafĂ©, and pick up a picknic lunch at an allimentari. Relax and enjoy the life of Bella Italia!

Nicholas Nickleby

Posted: by Karis As A Trader in Labels:


Customer Reviews

Not his best work, but a very good read!
This is a good introduction to Dickens for those who haven't yet read any. The plot is interesting, the characters memorable, and the twists and turns are less convoluted than of some of his other works, such as Tale of Two Cities or Great Expectations. Nicholas is a bit too good to be true, but he does have a quick temper that gets the best of him at times. Descriptions of a Yorkshire boarding school are rather grim, but the author's comments indicate that it is a fairly accurate representation. This book has it all, good guys in tough circumstances, bad guys of various sorts, social and political commentary, and a love story or two.

Wonderful (but what Dickens text isn't?)
Dickens' ability to write outrageously hilarious scenes consistently leaves me floored (and fangirling!) and /Nicholas Nickleby/ is no exception in this respect. Dickens is also tremendously skilled at rendering poetic, heartbreakingly beautiful sentimental scenes, and those also find their place in the plot of /NN/.

This is definitely earlier Dickens - he hasn't quite attained the writing maturity that characterizes what I consider his masterpieces (David Copperfield, Little Dorrit, Bleak House, Great Expectations) but it is nevertheless a wonderful read. Early Dickens is still masterful writing.

My only qualm with the text is a qualm I have with Dickens in general, his female leads are so bland. Kate Nickleby is basically another Agnes -- too passive and good for me to like. The rest of the characters, however, are wonderfully rendered (Newman Noggs! Smike (sob)! and of course, the Squeers!).

The Kindle edition was relatively free of typos (at least, I don't remember too many of them marring my reading).

Enjoyable, pulpy, summer read
There's nothing so entertaining as reading a Dickensian description of a letter being dropped in shock by its reader, and it then fluttering to the floor.

Eat, Pray, Love

Posted: by Karis As A Trader in Labels: , ,


Product Description

This beautifully written, heartfelt memoir touched a nerve among both readers and reviewers. Elizabeth Gilbert tells how she made the difficult choice to leave behind all the trappings of modern American success (marriage, house in the country, career) and find, instead, what she truly wanted from life. Setting out for a year to study three different aspects of her nature amid three different cultures, Gilbert explored the art of pleasure in Italy and the art of devotion in India, and then a balance between the two on the Indonesian island of Bali. By turns rapturous and rueful, this wise and funny author (whom Booklist calls -Anne Lamott-s hip, yoga- practicing, footloose younger sister-) is poised to garner yet more adoring fans.

Menu Makan Siang

Posted: Tuesday, August 3, 2010 by Karis As A Trader in Labels:




hot.detik

"jangan ambil sesuatu kecuali foto, jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak, jangan bunuh sesuatu kecuali waktu."