|Pakaian Renang dan Pakaian Dalam  |  Laptop dan Netbook  |  Jogja Antik   |  Tebing Siung |  Climbing Activity  |  Panjat Tebing Sleman  |  Bayi Sehat Bertaman dan Berkebun|

"jangan ambil sesuatu kecuali foto, jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak, jangan bunuh sesuatu kecuali waktu."

Minuman Alami Nan Menyegarkan

Posted: Monday, May 30, 2011 by Karis As A Trader in Labels:


SELARAS dengan tren kembali ke alam, produk-produk makanan dan minuman yang alami kini banyak diminati masyarakat. Salah satu jenis minuman alami yang banyak digemari di Yogyakarta termasuk Kulon Progo dan wilayah sekitarnya yakni wedang uwuh.
Sekilas jika mendengar namanya memang aneh, wedang uwuh yang berarti wedang atau minuman sampah. Namun rasa minuman yang diracik dari aneka rempah-rempah ini begitu nikmat dan segar. Racikan ini untuk bisa dinikmati tinggal diseduh dengan air panas dan tunggu beberapa menit, maka aroma dan warnanya akan segera mengundang siapa saja untuk mencicipinya.
Peluang itu mampu dilihat dan dikelola menjadi bisnis yang menjanjikan oleh Suwardi (45) warga Pengasih, Kulon Progo. Ayah tiga anak ini mulai mengembangkan bisnis meracik wedang uwuh sejak lima tahun lalu. Dia menuturkan, semula wedang uwuh hanya ada di salah satu warung di Imogiri Bantul. Namun keberadaannya belum banyak dikenal masyarakat luas.
Kemampuannya meracik wedang uwuh, diakui Suwardi, memang dia dapat dari belajar selama beberapa hari pada pemilik warung di Imogiri tersebut. Setelah cukup menimba ilmu, dia mengembangkan minuman alami itu di wilayah Kulon Progo. Beberapa modifikasi pun dilakukan dan akhirnya dari tangan dinginnya wedang uwuh sekarang banyak dikenal masyarakat luas.
"Saya mengembangkan wedang uwuh mengadopsi dari yang di Imogiri, di sana disebut wedang among rogo. Dengan memodifikasinya, kami kemudian yang membumikan wedang uwuh, menjadi banyak dikenal masyarakat," ujarnya kepada Suara Merdeka CyberNews.
Saat ini kapasitas produksinya rata-rata mencapai 4 ribu – 5 ribu bungkus wedang uwuh setiap bulan. Selain untuk memenuhi pasar lokal di Yogyakarta, racikannya juga menembus pasar luar daerah hingga Bogor, Jakarta, serta sebagian Sumatera dan Kalimantan. Dengan harga Rp 1.500 sampai Rp 2.000 per bungkus, maka omsetnya dalam sebulan mencapai sekitar Rp 8 juta hingga Rp 10 juta.
Nama wedang uwuh sendiri melakat pada minuman alami itu karena ketika diseduh dalam gelas memang sepintas terlihat seperti sampah. Suwardi mengatakan resep racikan asli yang didapat dari Imogiri ketika diseduh maka aneka rempah rempahnya sampai setengah gelas sendiri. Sehingga terlihat seperti seduhan sampah.
Rempah-rempah yang diracik menjadi wedang uwuh itu diantaranya terdiri dari gagang cengkih, jahe, secang, kayu manis, daun pala, dan gula batu. Agar tampilan lebih menarik, Suwardi pun melakukan modifikasi dengan tetap mempertahankan aromanya sebagaimana aslinya.
"Saya modifikasi, seperti gagang cengkihnya dikurangi tapi diganti dengan cengkih. Juga jahe yang jenisnya beraroma lebih kuat sehingga Cuma perlu sedikit ruas jahe. Sehingga racikannya lebih ringkas, ketika diseduh rempah-rempahnya tidak sampai setengah gelas," jelas suami dari Suratini (33) yang kini memiliki sekitar enam karyawan lepas tersebut.
Semula untuk memasarkan produknya, Suwardi mengaku tidak mudah. Dalam sehari dia hanya meracik 50-100 bungkus untuk diedarkan ke warung-warung. Namun nama minuman yang agak “nyleneh” itu justru membuat orang penasaran ingin mencoba. Maka dari waktu ke waktu permintaannya pun terus meningkat.
( Panuju Triangga / CN13 ) / SUARA MERDEKA

hot.detik

"jangan ambil sesuatu kecuali foto, jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak, jangan bunuh sesuatu kecuali waktu."