|Pakaian Renang dan Pakaian Dalam | Laptop dan Netbook | Jogja Antik | Tebing Siung | Climbing Activity | Panjat Tebing Sleman | Bayi Sehat | Bertaman dan Berkebun|
"jangan ambil sesuatu kecuali foto, jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak, jangan bunuh sesuatu kecuali waktu."
Senin, 10 Mei 2010 | 13:58 WIB
BANDUNG, KOMPAS - Optimalisasi potensi ekowisata Bandung selatan butuh sinergi dari empat elemen utama, yakni pemerintah, masyarakat setempat, pengelola hutan, dan pihak swasta. Jika dikelola dengan tepat, kawasan ini dinilai memiliki prospek wisata alam dan budaya melebihi wilayah Bandung utara yang kini sudah terlalu padat.
Kepala Bidang Pariwisata pada Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Bandung Dicky Anugerah, Sabtu (8/5) di sela-sela pembukaan kembali wanawisata Kawah Putih di Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, mengatakan, potensi wisata alam dan budaya Bandung selatan yang terbentang di sekitar Gunung Patuha tidak kalah dibandingkan dengan Bandung utara. "Jika dibandingkan dengan Lembang di Bandung utara, ekologi daerah Ciwidey bahkan masih lebih terjaga," tuturnya.
Hanya, Dicky mengakui, infrastruktur penunjang di kawasan wisata Bandung selatan belum maksimal. Akses jalan mulai dari pusat Kota Bandung, terutama, masih sempit dan selalu macet. Padahal, bagi wisatawan, apalagi wisatawan mancanegara, kenyamanan wisata termasuk kelancaran transportasi adalah syarat mutlak.
Namun, Pemerintah Kabupaten Bandung tidak mampu berbuat banyak karena akses utama menuju Ciwidey termasuk jalan provinsi. Artinya, pemeliharaan dan peningkatan kapasitas jalan tersebut menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
"Kami sudah beberapa kali meminta kepada Dinas Bina Marga Jabar supaya memperlebar jalan yang sangat sempit itu. Namun, hingga kini belum terealisasi," ujarnya. Karena padatnya permukiman di sisi kiri dan kanan jalan, pelebaran tentu akan bersinggungan dengan kepentingan warga setempat.
Selain Kawah Putih, beberapa tujuan wisata lain di Bandung selatan adalah Situ Patengan, pemandian air panas Cimanggu, penginapan dan resor Patuha, serta tempat penangkaran rusa di Rancaupas. Selain itu, Pemkab Bandung berencana membangun desa wisata di Desa Alamendah dan Patengan, Kecamatan Rancabali; Desa Sugihmukti dan Cukanggenteng, Kecamatan Pasirjambu; Desa Panundaan dan Lebakmuncang, Kecamatan Ciwidey; serta Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan. Desa-desa tersebut memiliki potensi alam, budaya, kerajinan khas, agrowisata, dan peternakan.
Bertaraf internasional
Sementara itu, General Manager Agroforestri Ekowisata dan Jasa Lingkungan Perum Perhutani Unit III Jabar-Banten Taufik Rahardjo menambahkan, setelah ditata dan direhabilitasi sejak 16 Maret, wanawisata Kawah Putih diyakini lebih menarik wisatawan. "Karena merupakan ekowisata yang sangat eksotis, fokus perhatian kami adalah menjaga kenya-manan wisatawan dan juga kondisi alam," ujarnya.
Saat ini, dari nilai minimal 60 yang dijadikan standar bagi ekowisata bertaraf internasional oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO), Kawah Putih baru mencapai nilai 54. Namun, Taufik optimistis, dengan dukungan pemerintah dan masyarakat setempat, citra obyek wisata yang dikelola Perhutani tersebut akan terus meningkat.
Sebagai salah satu strategi pemasaran, Perhutani membuka gerai paket wisata di sejumlah titik strategis, seperti Bandung serta kawasan industri Jababeka di Bekasi dan Tangerang. Penempatan gerai di sejumlah kawasan industri diharapkan bisa mendatangkan wisatawan asing yang banyak bekerja di tempat tersebut. "Jika pada tahun-tahun sebelumnya pendapatan wanawisata Kawah Putih hanya sekitar Rp 4 miliar, kami menargetkan pada 2010 ini dapat mencapai Rp 10 miliar," ungkap Taufik. (GRE)
hot.detik
"jangan ambil sesuatu kecuali foto, jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak, jangan bunuh sesuatu kecuali waktu."
Blog: |
karis semarang |
Topics: |
adsense, marketing, afiliasi |