|Pakaian Renang dan Pakaian Dalam | Laptop dan Netbook | Jogja Antik | Tebing Siung | Climbing Activity | Panjat Tebing Sleman | Bayi Sehat | Bertaman dan Berkebun|
"jangan ambil sesuatu kecuali foto, jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak, jangan bunuh sesuatu kecuali waktu."
SEMARANG-Karnaval dugderan dalam rangka menyambut awal Ramadan, Selasa (10/8), di Kota Semarang berjalan gegap gempita.
Ribuan orang menyaksikan prosesi karnaval, mulai dari Balai Kota, Masjid Kauman, hingga Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).
Prosesi dimulai dari halaman Balai Kota, tempat Kanjeng Bupati RM Aryo Purbaningrat yang diperankan oleh Wali Kota Soemarmo HS berangkat menuju Masjid Kauman untuk menerima suhuf hasil halaqah ulama mengenai penetapan awal Ramadan.
Dalam perjalanannya, Soemarmo yang mengenakan busana ala raja Mataram menaiki kereta kencana, yang sengaja didatangkan dari Demak.
Ruas Jl Pemuda yang menjadi jalur utama perjalanan ke Kauman itu ditutup total untuk arus lalu lintas, sejak pukul 12.00. Sepanjang kanan-kiri jalan terlihat warga antusias menyaksikan arak-arakan tersebut.
Mengenai prosesi itu, Imam Besar Masjid Kauman KH Ahmad Naqib Nur mengatakan, dugderan bukanlah penentu awal Ramadan, meskipun di masjid dilakukan pembacaan suhuf hasil halaqah ulama.
Dikatakannya, seremoni pembacaan suhuf (lembaran) hasil halaqah hanyalah upaya menjaga tradisi yang dilakukan bertahun-tahun sebagai napak tilas Kanjeng Bupati RM Aryo Purbaningrat.
’’Agar masyarakat tidak bingung, maka seusai seremoni dugderan kami menyampaikan agar tetap menunggu pengumuman dari Pemerintah. Setelah ada kepastian dari Pemerintah, kami juga akan mengumumkan dengan membunyikan sirine sebagai penanda,’’ katanya.
Dalam seremoni itu, takmir masjid sebagai representasi alim ulama yang diwakili KH Hanief Ismail Lc menyerahkan suhuf hasil halaqah kepada Kanjeng Bupati. Selanjutnya Kanjeng Bupati membacakan suhuf yang berisi penetapan awal Ramadan di hadapan masyarakat Kota Semarang di serambi masjid. Kemudian disambung dengan pemukulan beduk serta peledakan bom udara. Tradisi dudgeran sudah berlangsung puluhan tahun di Kota Semarang dan selalu dipenuhi masyarakat untuk melihatnya.
Pesan serupa juga diungkapkan RM Probo Hadikusumo yang diperankan Gubernur Jateng Bibit Waluyo saat prosesi di MAJT. “Tradisi karnaval bukan penentu awal Ramadan, tapi hanya melestarikan budaya yang telah melekat di hati masyarakat Semarang dan Jateng. Untuk waktu pasti awal Ramadan, menunggu sidang itsbat dari Kementerian Agama RI,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Gubernur Bibit Waluyo juga mengimbau seluruh masyarakat Jateng untuk menjaga suasana kondusif di bulan Ramadan.
Dosen IAIN Walisongo Semarang, Drs H Anasom MHum mengatakan, bukan persoalan apabila tradisi dugderan yang identik dengan penetapan awal puasa ini telah dilaksanakan kemarin. Dari kalangan panitia sudah membicarakan hal itu bahwa seremoni dugderan sebatas perayaaan tradisi menyambut Ramadan. (H22,hdq-67)
sumber : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/08/11/120014/Karnaval-Dugderan-Gegap-Gempita
hot.detik
"jangan ambil sesuatu kecuali foto, jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak, jangan bunuh sesuatu kecuali waktu."
Blog: |
karis semarang |
Topics: |
adsense, marketing, afiliasi |