|Pakaian Renang dan Pakaian Dalam  |  Laptop dan Netbook  |  Jogja Antik   |  Tebing Siung |  Climbing Activity  |  Panjat Tebing Sleman  |  Bayi Sehat Bertaman dan Berkebun|

"jangan ambil sesuatu kecuali foto, jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak, jangan bunuh sesuatu kecuali waktu."

Mainan Tradisional Masih Diminati

Posted: Tuesday, August 10, 2010 by Karis As A Trader in Labels:

Semarang, CyberNews. Meskipun belakangan ini mainan modern menguasai pasaran dan banyak anak-anak sekarang memilikinya, tetapi siapa sangka ternyata mainan tradisional masih tetap diminati.

Ya, hal ini tergambar di arena dugderan. Banyak anak yang masih melirik mainan tradisional yang memang dijual berjejer di lokasi sepanjang Jalan Agus Salim sampai Kauman Barat, Semarang.

Miftah (9), bahkan sampai merengek-rengek minta dibelikan mainan kapal otok-otok kepada ibunya. Karena tak ingin mengecewakan anaknya, akhirnya sang ibu mendekati pedagang dan mengambil satu kapal mainan sambil membolak-balikkan mainan berbahan seng itu.

Setelah menanyakan harga dan menawarnya, akhirnya dikeluarkanlah selembar uang nominal Rp 5 ribu dari dompet. Didapatkanlah mainan kapal itu dan Miftah pun tersenyum lebar.

Pedagang kapal otok-otok, Katbini (21) menerangkan, masih banyak anak yang meminati dagangannya. Barang dagangan itu sendiri didatangkan dari daerah asalnya, Cirebon. Tak ada penurunan permintaan sama sekali dibanding dugderan tahun-tahun sebelumnya, bahkan ia mengaku, cenderung mengalami peningkatan. "Saya tak mengambil untung terlalu besar, tetapi tetap keuntungannya lebih besar dibanding saat berjualan dari pasar ke pasar mengelilingi kota se-Jateng dan Jatim di luar dugderan."

Ketika dugderan, Katbini mengaku mendapat untung Rp 40 ribu perhari, tetapi di luar dugderan ia hanya dapat untung Rp 20 ribu perhari. Keuntungan itu merupakan keuntungan rata-rata yang didapat para pedagang kapal otok-otok.

Para pedagang mainan tradisional memang panen rupiah di setiap even dugderan. Sriyati (35), pedagang gasingan, otok-otok, dan seruling bambu mengaku mendapat untung Rp 400 ribu perhari. "Saya membuat sendiri seluruh mainan ini, dijamin tidak kalah dengan mainan modern."

Menurutnya, rata-rata pengunjung yang lewat tertarik mencoba mainan dagangannya, kemudian membelinya. Saat kondisi pengunjung ramai, ia memainkan mainan-mainan tersebut, termasuk memutar gasingan seharga Rp 5 ribu hingga menimbulkan bunyi lumayan keras.

Mainan truk, warak ngendog, dan topeng macan, juga tampak banyak diminati pengunjung dugderan. Sumiah, salah seorang penjual mainan tersebut mengaku pada dugderan kali ini mendapat keuntungan lebih besar, yakni sekitar Rp 150-200 ribu dibanding tahun sebelumnya yang berkisar Rp 75 ribu-100 ribu.

Ketika ditanya penyebab kenaikan penjualan mainan daganganya, Sumiah menjawab, "Entah apa sebabnya." Namun, beberapa saat kemudian, terlontar kalimat, "Apa karena anak-anak sudah bosan dengan mainan modern?". Kebenarannya memang patut diteliti lebih lanjut, tetapi paling tidak, dari even dugderan bisa terlihat jika ternyata mainan tradisional masih diminati dan tak tersingkir perkembangan zaman.

( Hadziq Jauhary /CN13

hot.detik

"jangan ambil sesuatu kecuali foto, jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak, jangan bunuh sesuatu kecuali waktu."